Menjelajah Negeri dua Benua (1)

Ini bukan kisah tentang layangan putus yang melayang-layang mencari mimpinya, ini adalah pengalaman nyata berkeliling Turki sambil menikmati alam dan suasananya yang mempesona. Perjalanan ke Turki di tempuh dalam waktu kurang lebih 12 jam dari Jakarta, kami terbang menggunakan Turkish Airlines langsung ke Istanbul, dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini penerbangan langsung menjadi pilihan utama selain waktu perjalanan yang lebih singkat resiko bertemu orang banyak juga dapat kami kurangi karena tidak transit ditempat lain.

Januari di Turki itu artinya kita harus siap dengan suhu dingin dan berangin atau bahkan bersalju dibeberapa tempat. Tiba di Istanbul, kota cantik didua benua (asia dan eropa), pukul 05.55 suasana diluar masih gelap dengan suhu 2° C, waktu Subuh disini sekitar pukul 06.42. Sambil menunggu waktu subuh kami mengambil bagasi dan membersikan diri di toilet yang banyak tersedia. Istanbul airport (IST) adalah bandara terbesar dunia dan terbaik kedua didunia setelah Changi Airport Singapore, walaupun dalam masa pandemi bandara ini termasuk bandara yang tersibuk di tahun 2021, IST sangat nyaman untuk pengunjung, tempat yang bersih dan tertata rapi dengan petunjuk arah yang jelas membuat kami betah berlama-lama disini. Selesai sholat Subuh kami mencari tempat sarapan sambil menunggu matahari lebih bersinar, sekitar jam 10.00 kami menggunakan taksi meluncur menuju hotel di kawasan Sultanahmet (old city).

baru landing di IST airport

Bagi wisatawan disarankan jika datang ke Istanbul menginaplah di dua kawasan ini, pertama Sultanahmet dan kedua Taksim, kenapa? Karena didua tempat itulah pusat pariwisata Istanbul (Turki) berada. (1) Kawasan Sultanahmet terkenal dengan istilah Old city, di tempat inilah beberapa bangunan yang menjadi landmark kota Istanbul berdiri, seperti Masjid Sultanahmet (Masjid Biru), Haghia Sophia, Yerebaten Cistern, Istana Topkapi dan Grand Bazzar. Khusus di Grand Bazar (pasar terbesar dunia yang berusia 500 tahun), sepertinya wisatawan Indonesia sudah terkenal disini karena banyak pedagang-pedagangnya yang bisa berbahasa Indonesia walaupun hanya sekedar bahasa sapaan (seperti; cantik, mari mampir, disini murah-murah 😊). Kawasan Sultanahmet ini dulu merupakan ibukota pemerintahan Romawi Timur sampai berpindah pada Kesultanan Ottoman Turki tahun 1453.

Sultanahmet berada di dataran tinggi kota Istanbul, di sisi sebelah timur adalah Laut Marmara, sebelah utaranya adalah selat Bosphorus. Karena kontur tanah di kota Istanbul memang berbukit-bukit, maka kita akan dengan mudah melihat pemandangan disekitar kawasan Sultanahmet termasuk Istanbul di bagian Asia. Tempat ini memang sangat strategis karena bisa melihat ke segala penjuru. Tak heran, raja Constantine XI waktu itu bersikukuh tidak mau menyerahkan Istanbul yang saat itu bernama Constantinopel pada Turki, walaupun posisinya sudah terjepit karena dikepung pasukan Turki dari arah Barat dan Timur. Kita masih bisa menyaksikan benteng-benteng peninggalan Romawi yang berada di sepanjang pantai. Benteng yang masih berdiri kokoh hingga saat ini.

Jika memilih menginap di kawasan Sultanahmet dibandingkan menginap di daerah Taksim jangan heran kalau tidak menemukan bangunan mewah atau hotel yang menjulang tinggi karena memang dikawasan ini bangunan yang ada tingginya tidak boleh lebih tinggi dari Blue mosque dan Hagia Sophia. Kawasan ini juga padat dengan lebar jalan tidak lebih dari 5 meter, walaupun demikian tempat ini sangat tertata rapi. Sepertinya kawasan Sultanahmet merupakan kawasan cagar budaya yang dilindungi oleh pemerintah Turki. Tak heran, 2 bangunan itu terlihat dominan terutama jika kita sedang menyeberangi laut Marmara.

background Hagia Sophia

Sedangkan untuk kawasan Taksim nuansanya lebih modern, yang menjadi icon tempat ini adalah Taksim Square dimana terletak monumen Republik karya pematung Italia Pietro Canonica sebagai peringatan ulang tahun kelima yayasan Republik Turki di tahun 1923. Monumen ini menampilkan tokoh revolusioner seperti Atatürk dan İsmet İnönü. Taksim Square terhubung dengan Istiklal Street yang menjadi pusat perpaduan budaya, tradisi dan adat istiadat dari jutaan manusia dari berbagai negara di dunia yang mengunjungi Istanbul. Mau siang atau malam, area ini sangat ramai dan menjadi pusat sosialisasi, kesenangan dan budaya dari masyarakat. Pada siang harinya ada jutaan manusia yang berlalu-lalang di Taksim Square untuk berjalan-jalan, berbelanja, atau berkumpul di kafe-kafe. Jika matahari mulai terbenam, area ini akan semakin hidup dan penuh dengan ramainya kehidupan malam.

Taksim square

Jika ingin menikmati suasana tempo dulu, kita bisa menaiki kereta legendaris yang masih beroperasi sejak 17 Januari 1875, jalur perjalanan “kereta trem” ini adalah sepanjang jalan Istiklal sejauh kurang lebih 3 km yang berujung pada kawasan Galata dimana Galata Tower berada. Ibarat Menara di negeri dongeng Galata Tower merupakan bangunan berbentuk silinder dari bebatuan dengan ujung menara yang kerucut. Menurut Wikipedia Menara Galata (Galata Kulesi dalam Bahasa Turki) adalah sebuah menara batu abad pertengahan di distrik Galata Istanbul, Turki. Menara ini terletak dibagian utara Tanduk Emas. Menara Galata juga merupakan Salah satu landmark kota yang paling mencolok, tinggi kerucut silinder tertutup yang mendominasi langit dan affords vista panorama kota Istanbul Lama dan sekitarnya. Tinggi menara ini adalah 66 meter dengan diameter 16 meter.

Pada mulanya Menara ini didirikan untuk menara pengawas pertahanan kota, tetapi tahun 1717 Ottoman mulai menggunakan menara untuk melihat sumber kebakaran di kota. Pada 1794, pada masa pemerintahan Sultan Selim III, atap menara terbuat dari timah dan kayu, dan tangga rusak parah akibat kebakaran. Api lain merusak bangunan itu pada tahun 1831, atas mana sebuah karya pemulihan baru terjadi. Pada tahun 1875, saat badai, atap berbentuk kerucut di bagian atas bangunan itu hancur. Menara ini tetap tanpa atap kerucut ini untuk sisa dari periode Ottoman.

Bertahun-tahun kemudian, pada 1965-1967, selama Republik Turki, topi kerucut asli dikembalikan. Selama ini restorasi akhir tahun 1960-an, interior kayu menara digantikan oleh struktur beton dan itu dikomersialisasikan dan dibuka untuk umum.

latar belakang adalah menara Galata

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s