“Tiga hal yang merupakan sumber segala dosa, hindarilah dan berhati-hatilah terhadap ketiganya. Hati-hati terhadap keangkuhan karena keangkuhan membuat Iblis enggan bersujud kepada Adam, dan hati-hatilah terhadap tamak (serakah) karena ketamakan mengantar Adam memakan buah terlarang, dan berhati-hatilah terhadap iri hati karena kedua anak Adam (Qabil dan Habil) salah seorang di antaranya membunuh saudaranya akibat dorongan iri hati,” (HR Ibnu Asakir melalui Ibnu Mas’ud).

Seorang ulama tabi’in bernama Wahab bin Munabbih (34-110 H) mengisahkan tentang pengembaraan Nabi Isa AS dengan seorang Yahudi, kisah ini masih sangat relevan dengan kondisi saat ini.

Dikisahkan dalam pengembaraan itu Nabi Isa AS dan si Yahudi membawa bekal 3 potong roti, sepotong roti dibawa oleh Nabi Isa, sementara si Yahudi membawa dua potong roti. Setelah lama melakukan perjalanan mereka berhenti untuk istirahat sambil memakan bekal yang dibawa. Sebelum makan Nabi Isa melakukan sholat, sementara si Yahudi menjauh dari tempat Nabi Isa sholat, dia bermaksud untuk memakan satu potong roti dari 2 potong roti yang dibawanya.

Selesai sholat, Nabi Isa mengajak si Yahudi untuk makan bersama sambil bertanya, “Mana rotimu yang sepotong lagi?” tanya Nabi Isa karena melihat hanya ada sepotong roti ditangani si Yahudi, seakan tak tahu apa yang terjadi. “Saya hanya punya sepotong,” jawab si Yahudi. Nabi Isa terdiam, lalu berkata “baiklah kalo begitu, setelah makan kita lanjutkan perjalanan”, Kemudian mereka makan dan melanjutkan perjalanan.

Dalam perjalanan, mereka bertemu dengan seorang buta yang memohon pada Nabi Isa untuk menyembuhkannya agar dapat melihat seperti sediakala, Nabi Isa bertanya, “Seandainya aku bisa membuatmu melihat lagi, apakah engkau akan bersyukur kepada Allah SWT?”. Spontan si buta itu mengiyakan. Nabi Isa pun mengusap wajahnya dan atas izin Allah SWT mata orang itu dapat melihat kembali. Si Yahudi merasa kagum dalam hati namun tidak menampakkan kekagumannya, Nabi Isa As berkata pada si yahudi “demi dzat yang Maha menyembuhkan, aku tanya sekali lagi kepada mu, kemana roti yang satu itu?”. Si Yahudi berkata “sungguh aku hanya bawa satu roti”, Nabi Isa pun diam dan melanjutkan perjalanan.

Setelah sekian lama dan jauhnya perjalanan mereka memutuskan untuk beristirahat kembali dan karena bekal sudah habis mereka memutuskan untuk berburu rusa. Nabi Isa berhasil menangkap seekor rusa lalu menyembelih dan membakar sebagian daging rusa tersebut, setelah kenyang Nabi Isa mengambil sisa daging rusa yang ada seraya berdoa kepada Allah SWT agar menghidupkannya kembali, dan rusa itu hidup kembali kemudian dilepaskan kembali oleh Nabi Isa. Si Yahudi terkaget-kaget “sungguh luar biasa” ujarnya dengan takjub. Nabi Isa As berkata “Demi dzat yang Maha Mulia yang dapat menghidupkan kembali makhluk ciptaanNya, aku tanyakan kepada mu siapa yang memakan satu roti lagi bekal yang kita bawa?” kembali si Yahudi berbohong, “Demi Allah, saya hanya punya sepotong roti.”, kembali Nabi Isa diam, kemudian mereka pun tidur.

Keesokan harinya Nabi Isa AS dan si Yahudi melanjutkan perjalanan, mereka harus melewati lembah dan jalan terjal tibalah mereka ditepi sungai yang dalam dan mereka harus menyeberangi sungai itu. Nabi Isa memanggil si Yahudi lalu berkata “kita harus melalui sungai ini”, si Yahudi hanya mengangguk menuruti semua perkataan Nabi Isa AS, lalu Beliau pun menyentuh permukaan air dan berjalan di atasnya diikuti oleh si Yahudi yang sangat keheranan. Setelah sampai diseberang sungai Nabi Isa bertanya kembali, “Demi Allah yang telah memperlihatkan tanda-tanda kebesaran-Nya, siapa yang sudah memakan roti yang ketiga?” Si Yahudi menjawab, “Demi Allah, saya hanya punya sepotong roti”. Nabi Isa terdiam lalu melanjutkan perjalanan.

Mereka sampai di sebuah wilayah bebatuan dan ditengah perjalanan mereka menemukan tiga bongkah emas. Si Yahudi berteriak kegirangan lalu Nabi Isa berkata, “kita bagi satu-satu emas ini, satu untukku, satu untukmu, dan satu lagi untuk orang yang memakan roti bekal kita”, Kontan si Yahudi itu menyahut, “Sayalah yang sudah memakan roti yang ketiga itu”. Kemudian Nabi Isa berkata, “Baiklah, kalo begitu ambillah semuanya untukmu saja.” Seraya pergi meninggalkan si Yahudi seorang diri.

Si Yahudi merasa kegirangan, namun dia bingung bagaimana cara membawa tiga bongkah emas ini, karena terlalu berat untuk panggul seorang diri. Tiba-tiba, muncul tiga penyamun yang ingin merampas emas dan membunuh si Yahudi, karena tidak memiliki kepandaian bela diri maka si Yahudi terbunuh oleh ketiga orang penyamun tersebut dan berhasil mengambil 3 bongkah emas dari tangan si Yahudi.

Setelah menari kegirangan karena berhasil membunuh dan mengambil 3 bongkah emas, salah seorang penyamun pergi untuk membeli makanan dan dua orang lagi menjaga emas tersebut. Kedua orang ini sepakat untuk membunuh temannya yang membeli makanan itu, agar emas-emas ini menjadi milik mereka berdua, sementara seorang yang sedang membeli makanan itupun memiliki niat jahat yang sama yaitu ingin membunuh kedua temannya itu dengan memberi racun pada makanan dan minuman yang dibelinya agar dapat memiliki ketiga bongkah emas itu seorang diri.

Setibanya pencari makan langsung ditikam oleh salah seorang kawannya dari belakang hingga jatuh dan mati seketika, lalu kedua orang penyamun ini dengan tertawa licik memakan makanan yang dibawa kawan yang dibunuhnya tadi. Tidak lama setelah memakan dan meminum semuanya keduanya pun mati. 

Selang beberapa hari kemudian Nabi Isa melewati kembali desa yang tersebut dan menyaksikan empat mayat di samping bongkahan emas. Seraya berkata kepada al-Hawariyyun (murid-murid yang setia), “Demikianlah yang dilakukan oleh dunia terhadap manusia. Oleh karena itu, waspadalah.” (Disarikan dari buku Hiburan Orang-Orang Shaleh karya Muhammad Amin Al-Jundi).

Sungguh, keserakahan dapat melenyapkan kejujuran, memutus tali persaudaraan, berlaku zalim, menghilangkan nyawa orang lain hingga dirinya sendiri. Pesan Nabi SAW, “Sekiranya anak Adam memiliki harta sebanyak dua bukit, niscaya ia akan mengharapkan bukit yang ketiga. Dan tidaklah perut anak Adam itu dipenuhi melainkan dengan tanah …. ” (HR Bukhari). 

Allah SWT pun mengingatkan bahwa kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurauan, perhiasan, dan saling berbangga di antara manusia serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan. Oleh karena itu, jangan sampai teperdaya oleh rayuannya (QS al-Hadid [57]:20). Wallahu a’lam bish-shawab


Tinggalkan komentar